Skip to main content

A.50. Attributes

Kita telah beberapa kali menggunakan attributes pada chapter-chapter sebelumnya, contohnya seperti #[derive(Debug)]. Pada chapter ini kita akan bahas tentang apa sebenarnya attributes, macam-macam jenisnya, beserta kegunaannya.

A.50.1. Konsep attributes

Attributes adalah metadata yang didefinisikan untuk suatu crate, module, atau module item. Kegunaan dari attributes berbeda satu sama lain, tergantung attribute apa yang dipakai (kita akan bahas satu per satu).

Attribute dikategorikan menjadi 2:

  • Outer attributes
  • Inner attributes

Keduanya memiliki kegunaan yang sama, pembedanya adalah posisi di mana attribute harus dituliskan.

Outer attribute dituliskan tepat sebelum target (crate, module, module item, atau lainnya) dengan notasi penulisan seperti berikut:

  • #[attribute = "value"]
  • #[attribute(key = "value")]
  • #[attribute(value)]
  • #[attribute(not(key = "value"))] untuk operasi NOT
  • #[attribute(not(value))] untuk operasi NOT

Contoh penerapan:

#[derive(Debug)]
struct LegoSet {
code: i32,
name: String,
category: String,
age_minimum: i32,
}

Sedikit berbeda dengan inner attribute, penulisannya berada di dalam target (crate, module, module item, atau lainnya). Notasi penulisannya:

  • #![attribute = "value"]
  • #![attribute(key = "value")]
  • #![attribute(value)]
  • #![attribute(not(key = "value"))] untuk operasi NOT
  • #![attribute(not(value))] untuk operasi NOT

Rust mengenal beberapa jenis attributes, dan kita akan membahasnya satu per satu.

A.50.2. Attribute derive

Attribute derive digunakan untuk mempermudah implementasi suatu trait ke tipe data.

Kita telah mempelajari cara implementasi trait pada chapter Traits yaitu menggunakan keyword impl dan for, kemudian diikuti dengan method serta implementasinya.

Dengan memanfaatkan attribute derive kita tidak perlu menggunakan cara tersebut. Cukup tulis saja attribute derive beserta trait yang ingin diimplementasikan.

Agar lebih jelas, silakan pelajari contoh berikut terlebih dahulu:

const SuperheroSuperman: &str = "superman";
const SuperheroOmniMan: &str = "omniman";
const SuperheroHyperion: &str = "hyperion";

enum Superhero {
Superman,
OmniMan,
Hyperion,
}

fn main() {
let value: Superhero = Superhero::Superman;

if value == Superhero::Superman {
println!("hello superman!");
}
}

Attribute

Kode di atas menghasilkan error karena enum Superhero tidak mengadopsi trait PartialEq yang mana trait ini diperlukan dalam seleksi kondisi menggunakan keyword if dan operator ==.

Cara mengatasi error tersebut adalah dengan mengimplementasikan trait PartialEq secara eksplisit. Sekarang coba tambahkan kode berikut pada deklarasi enum Superhero, maka error akan hilang.

enum Superhero {
Superman,
OmniMan,
Hyperion,
}

impl PartialEq for Superhero {

fn eq(&self, other: &Self) -> bool {
match (self, other) {
(Superhero::Superman, Superhero::Superman) => true,
(Superhero::OmniMan, Superhero::OmniMan) => true,
(Superhero::Hyperion, Superhero::Hyperion) => true,
_ => false,
}
}
}

Cara lain untuk mengatasi error di atas, selain menggunakan teknik implementasi trait secara eksplisit, adalah dengan menggunakan attribute derive disertai trait PartialEq. Kurang lebih penulisan cara ini bisa dilihat di bawah ini. Cukup hapus block kode impl lalu tambahkan attribute pada deklarasi enum Superhero.

#[derive(PartialEq)]
enum Superhero {
Superman,
OmniMan,
Hyperion,
}

Cukup mudah bukan?

Contoh lainnya, misalnya variabel value ingin di-print seperti pada kode berikut ini, pasti hasilnya error.

fn main() {
let value: Superhero = Superhero::Superman;

if value == Superhero::Superman {
println!("hello superman!");
}

println!("{value} (via `Display` trait)");
println!("{value:#?} (via `Debug` trait)");
}

Attribute

Cara resolve error di atas adalah dengan mengimplementasikan trait Display dan Debug secara eksplisit. Atau, bisa juga menggunakan attribute derive yang pastinya lebih praktis.

Kabar buruknya, hanya trait Debug yang menyediakan fitur implementasi trait menggunakan attribute derive. Untuk trait Display kita perlu melakukan implementasi secara eksplisit.

Untuk tau mana trait yang bisa di-derive atau tidak, cukup lihat saja highlight error yang muncul saat penulisan kode atau kompilasi.

Ok, kita implementasikan saja keduanya.

#[derive(PartialEq, Debug)]
enum Superhero {
Superman,
OmniMan,
Hyperion,
}

impl std::fmt::Display for Superhero {

fn fmt(&self, f: &mut std::fmt::Formatter<'_>) -> std::fmt::Result {
write!(f, "{self:?}")
}
}

Attribute

Bisa dilihat, hasilnya program tereksekusi tanpa error. Enum Superhero kini mengadopsi 3 trait:

  • Trait PartialEq via attribute derive
  • Trait Debug via attribute derive
  • Trait Display via implementasi eksplisit

A.50.3. Attribute cfg / configuration

Attribute cfg digunakan untuk operasi-operasi yang berhubungan dengan target arsitekture hardware/prosesor, misalnya seperti conditional compilation ketika OS adalah linux, dan lainnya.

Salah satu contoh penerapannya bisa dilihat pada kode berikut. Ada 2 buah module yang namanya sama persis, perbedaannya adalah satu didefinisikan khusus untuk platform linux, dan satunya lagi untuk platform windows. Hal seperti ini bisa dilakukan menggunakan attribute cfg dengan key target_os.

#[cfg(target_os = "linux")]
mod util {

pub fn say_hello() {
println!("hello (from linux)")
}
}

#[cfg(target_os = "windows")]
mod util {

pub fn say_hello() {
println!("hello (from windows)")
}

pub fn say_something() {
println!("how are you")
}
}

Bisa dilihat cara penulisannya adalah cfg() kemudian diisi key target_os dengan value adalah windows atau linux.

Dengan kondisi kode seperti di atas, ketika berada di sistem operasi linux, item util::say_hello bisa diakses. Sedangkan pada sistem operasi windows, item util::say_hello dan util::say_something bisa diakses.

Attribute cfg(target_os) juga bisa diterapkan pada block kode. Contohnya seperti pada kode berikut. Item util::say_hello dipanggil di fungsi main. Dan khusus untuk sistem operasi windows, block kode berisi pemanggilan util::say_something juga dipanggil.

fn main() {
util::say_hello();

#[cfg(target_os = "windows")]
{
util::say_something();
}
}

Ada beberapa key yang tersedia pada attribute cfg, di antaranya:

◉ Configuration target_os

Digunakan untuk menandai bahwa item atau statement di bawah definisi attribute ini dikhususkan untuk sistem operasi tertentu.

#[cfg(target_os = "value")]

Opsi value yang tersedia:

  • windows
  • macos
  • ios
  • linux
  • android
  • freebsd
  • dragonfly
  • openbsd
  • netbsd

◉ Configuration target_arch

Digunakan untuk menandai bahwa item atau statement di bawah definisi attribute ini dikhususkan untuk arsitektur CPU tertentu.

#[cfg(target_arch = "value")]

Opsi value yang tersedia:

  • x86
  • x86_64
  • mips
  • powerpc
  • powerpc64
  • arm
  • aarch64

◉ Macro cfg!() dan conditional compilation

Attribute cfg juga tersedia versi macro-nya, yaitu cfg!(). Macro ini kegunaannya sama seperti attribute cfg, perbedaannya macro cfg!() mengembalikan nilai boolean, yang darinya bisa dikombinasikan dengan seleksi kondisi untuk keperluan conditional compilation. Contoh penggunaan macro cfg!():

fn main() {
#[cfg(target_os = "linux")]
{
println!("hello linux. from attribute cfg")
}

#[cfg(target_os = "windows")]
{
println!("hello windows. from attribute cfg")
}

if cfg!(target_os = "linux") {
println!("hello linux. from macro cfg!()");
} else if cfg!(target_os = "windows") {
println!("hello windows. from macro cfg!()");
}
}

Penjelasan:

  • Kode block #[cfg(target_os = "linux")] hanya dieksekusi ketika program dijalankan di Linux.
  • Kode block #[cfg(target_os = "windows")] hanya dieksekusi ketika program dijalankan di Windows.
  • Seleksi kondisi cfg!(target_os = ...) merupakan alternatif penulisan 2 kode sebelumnya yang digabung menjadi 1 rantai seleksi kondisi.
    • Kondisi cfg!(target_os = "linux") terpenuhi ketika program dijalankan di Linux
    • Kondisi cfg!(target_os = "windows") terpenuhi ketika program dijalankan di Windows

Output program ketika dijalankan di komputer penulis yang menggunakan Windows:

Attribute

Lebih detailnya mengenai macro akan dibahas di chapter terpisah.

◉ Configuration debug_assertions

By default, Rust menggunakan profil kompilasi debug saat eksekusi command cargo run. Di kode program, penanda apakah profil kompilasi debug digunakan atau tidak bisa dilihat dari nilai konfigurasi #[cfg(debug_assertions)] via attribute, dan cfg!(debug_assertions) via macro.

Nilai cfg!(debug_assertions) selalu bernilai true kecuali command yang digunakan saat eksekusi program adalah cargo run --release. Flag --release saat eksekusi program membuat nilai debug_assertions menjadi false.

Contoh penerapan:

fn main() {
#[cfg(debug_assertions)]
{
println!("debug mode. from attribute cfg")
}

#[cfg(not(debug_assertions))]
{
println!("release mode. from attribute cfg")
}

if cfg!(debug_assertions) {
println!("debug mode. from macro cfg!()");
} else {
println!("release mode. from macro cfg!()");
}
}

Output eksekusi program menggunakan command cargo run vs cargo run --release.

Attribute

Pada profil release, kode program dikompilasi sekaligus dioptimisasi. Penggunaan profil ini dianjurkan untuk distribusi production binary.

Di beberapa bahasa pemrograman lain deteksi profile dilakukan mengunakan kombinasi keyword if dan nilai environment variable (ENV). Dari situ bisa dilihat apakah environment yang digunakan adalah production, staging, atau local.

◉ Other configuration

Ada beberapa key konfigurasi lainnya yang tersedia. Lebih detailnya silakan lihat di https://doc.rust-lang.org/reference/conditional-compilation.html

A.50.4. Attribute linting & diagnostic

Ada beberapa attribute name yang bisa digunakan untuk meng-override default linting milik Rust ataupun menandai indikator diagnostic lainnya, seperti warning yang muncul karena ada kode yang tidak digunakan, dll; Warning sejenis ini bisa di-override menggunakan attribute.

Contoh kasus yang berhubungan dengan linting bisa dilihat pada kode berikut.

Attribute

Kode di atas tidak menghasilkan error. Kode akan dieksekusi tanpa error. Namun ada 3 buah warning yang muncul karena beberapa baris kode tidak digunakan atau sia-sia.

Cara agar warning tidak muncul bisa dengan menggunakan attribute #[allow(value)].

#[allow(unused_imports)]
use std::fmt::Display;

fn say_hello() {
println!("hello")
}

#[allow(dead_code)]
fn say_something() {
println!("how are you")
}

pub mod m1 {
#[allow(missing_docs)]
pub fn undocumented_one() -> i32 { 1 }

#[warn(missing_docs)]
pub fn undocumented_too() -> i32 { 2 }

// #[deny(missing_docs)]
// pub fn undocumented_end() -> i32 { 3 }
}

fn main() {
#[allow(unused_variables)]
let name = "noval agung";

say_hello();
}

Pada kode di atas, ada beberapa attribute yang digunakan:

  • #[allow(unused_imports)] digunakan untuk antisipasi error yang muncul ketika module item di-import namun tidak digunakan.
  • #[allow(dead_code)] digunakan untuk membolehkan kode yang tidak digunakan.
  • #[allow(unused_variables)] digunakan untuk membolehkan variabel yang didefinisikan tapi tidak dimanfaatkan.
  • #[allow(missing_docs)] membolehkan kode di bawahnya untuk tidak memiliki komentar/dokumentasi.
  • #[warn(missing_docs)] memunculkan warning jika kode di bawahnya tidak memiliki komentar/dokumentasi.
  • #[deny(missing_docs)] memunculkan error jika kode di bawahnya tidak memiliki komentar/dokumentasi. Kode ini sengaja di-remark agar eksekusi program tidak menghasilkan error.

Dengan penambahan 3 attribute di atas program akan tereksekusi tanpa warning.

Attribute

Ada beberapa attribute key yang bisa digunakan untuk override lint warning:

  • #[allow(lint_rule)] untuk membolehkan suatu lint rule.
    List lint_rule bisa dilihat di https://doc.rust-lang.org/rustc/lints/listing/allowed-by-default.html.

  • #[warn(lint_rule)] untuk memunculkan warning untuk suatu lint rule yang default-nya tidak memunculkan warning.
    List lint_rule bisa dilihat di https://doc.rust-lang.org/rustc/lints/listing/warn-by-default.html.

  • #[deny(lint_rule)] untuk melarang suatu lint rule yang default-nya adalah diperbolehkan.
    List lint_rule bisa dilihat di https://doc.rust-lang.org/rustc/lints/listing/deny-by-default.html.

  • #[forbid(lint_rule)] untuk melarang suatu lint rule yang default-nya adalah diperbolehkan dengan catatan kode beserta isi yang dituju lint tersebut tidak bisa diubah menjadi lint rule-nya menjadi allow lagi. Penjelasan detailnya ada di https://doc.rust-lang.org/reference/attributes/diagnostics.html

    Contoh penerapan:

    #[forbid(missing_docs)]
    pub mod m3 {
    #[allow(missing_docs)]
    pub fn undocumented_too() -> i32 { 2 }
    }

    Attribute #[forbid(missing_docs)] pada module m3 menjadikan seluruh isi block module tersebut harus memiliki dokumentasi, mirip seperti penggunaan #[deny(missing_docs)].

    Penggunaan allow di dalam block tersebut membuat eksekusi program menghasilkan error, karena meskipun attribute tersebut ditujukan untuk fungsi undocumented_too() pada parent block (yaitu module m3) sudah ditentukan aturannya menggunakan forbid.

Selain 3 attribute di atas, ada juga beberapa attribute lainnya untuk keperluan diagnostic, di antaranya:

  • #[deprecated] digunakan untuk menandai bahwa kode di bawahnya adalah deprecated.
  • #[must_use] digunakan untuk mendandai bahwa kode di bawahnya harus digunakan, jika tidak maka akan muncul error.

A.50.5. Attribute type system

Ada sebuah attribute bernama non_exhaustive gunanya untuk mem-bypass error yang muncul karena ada pattern matching yang tidak meng-cover semua kondisi, atau untuk mengantisipasi error yang muncul saat deklarasi variabel bertipe struct tapi value property-nya tidak diisi.

Salah satu contoh error yang dimaksud bisa dilihat pada kode berikut. Error ini muncul karena enum Superhero::Superhero tidak ter-cover dalam pattern matching.

Attribute

Solusi untuk mengatasi error di atas bisa dengan cukup menambahkan case kondisi yang belum ter-cover:

match value {
Superhero::Superman => println!("stronk"),
Superhero::OmniMan => println!("stronk"),
Superhero::Hyperion => println!("stronk"),
}

Atau dengan memanfaatkan kondisi other atau _:

match value {
Superhero::Superman => println!("stronk"),
Superhero::OmniMan => println!("stronk"),
_ => println!("stronk"),
}

Atau, bisa dengan menggunakan attribute non_exhaustive:

#[non_exhaustive]
pub enum Superhero {
Superman,
OmniMan,
Hyperion,
}

fn main() {
let value = Superhero::Superman;

match value {
Superhero::Superman => println!("stronk"),
Superhero::OmniMan => println!("stronk"),
}
}

Sayangnya dalam penggunaan attribute non_exhaustive ini, efeknya hanya bisa dirasakan jika digunakan pada enum atau struct yang berbeda crate.

Pada contoh di atas, tempat di mana enum dideklarasikan dan digunakan adalah masih dalam satu crate yang sama, jadi kode tetap menghasilkan error.

Attribute non_exhaustive ini jika digunakan pada struct efeknya saat deklarasi variabel boleh tidak menuliskan value property.

A.50.6. Attribute modules

Aturan manajemen di Rust cukup ketat, dan sudah dibahas secara mendetal pada chapter Module System ➜ Module, yang intinya adalah ada dua cara pembuatan module:

  • Cara ke-1: dengan mendefinisikan module pada file bernama nama_module.rs
  • Cara ke-2: dengan mendefinisikan module pada file bernama nama_module/mod.rs

Rust memiliki sebuah attribute bernama path yang berguna untuk meng-override 2 aturan di atas secara paksa. Dengan memanfaatkan attribute ini kita bisa menulis module dengan nama sesuka hati.

Mari kita praktekan agar lebih jelas. Silakan buat package baru dengan struktur seperti berikut:

package source code structure
my_package
│─── Cargo.toml
└─── src
│─── main.rs
│─── util1.rs
│─── util2
│ └─── mod.rs
└─── util3_mymodule.rs
util1.rs
pub fn say_hello() {
println!("hello (from util1)")
}
util2/mod.rs
pub fn say_hello() {
println!("hello (from util2)")
}
util3_mymodule.rs
pub fn say_hello() {
println!("hello (from util3_mymodule)")
}
main.rs
mod util1;
mod util2;

#[path = "util3_mymodule.rs"]
mod util3;

fn main() {
util1::say_hello();
util2::say_hello();
util3::say_hello();
}

Pada kode di atas bisa dilihat, module util1 dan util2 patuh mengikuti aturan deklarasi module system. Berbeda dengan util3 yang sebenarnya dideklarasikan dengan nama util3_mymodule (karena filename-nya adalah util3_mymodule.rs). Nama module satu ini diubah menjadi util3 lalu dengan memanfaatkan attribute path kita arahkan isi module util3 adalah berada di util3_mymodule.rs.

Jialankan program, harusnya tidak ada error.

Attribute

A.50.7. Attribute testing

Lebih detailnya mengenai attribute testing dibahas pada chapter Testing.

A.50.8. Attribute macros

Lebih detailnya mengenai attribute macros dibahas pada chapter Macro.

A.50.9 Attribute lainnya

Rust memiliki cukup banyak attribute yang list-nya bisa dilihat pada link ini https://doc.rust-lang.org/reference/attributes.html.


Catatan chapter 📑

◉ Source code praktik

github.com/novalagung/dasarpemrogramanrust-example/../attributes

◉ Chapter relevan lainnya

◉ Referensi